Oleh : Anggiet Ariefianto
Memilih beasiswa bisa dilakukan dengan berbagai cara yang semuanya sah. Idealnya mencari beasiswa itu mengacu kepada kebutuhan, keinginan, kemampuan
dan kemungkinan
1. Berdasarkan jurusan
Sebagian orang memilih beasiswa karena ingin mendalami bidang tertentu yang super spesifik, misalnya nano biologi. Tidak masalah studinya di Negara mana. Jika demikian, yang harus dilakukan adalah membuat data universitas yang memiliki program yang diingini, kemudian lihat kemungkinannya, adakah beasiswa yang bisa mendukung untuk ambil program itu di uni yang diinginkan Harap diingat, meskipun namanya sama, belum tentu muatan materi ajarnya sama. Ambil contoh misalnya gender studies. Ternyata banyak mainstreamnya seperti women studies, gay studies, domestic violence, gender in development dst. Pengamatan saya di Australia, banyak uni yang sama nama programnya tapi dari mata kuliahnya akan terlihat lebih berfokus ke mana. Ini yang seringkali tidak diantisipasi oleh pendaftar (termasuk saya sendiri). Survey yang akurat dan komprihensif diperlukan, pastikan kita tahu betul apa muatan jurusan yang dituju, karena biasanya pada saat wawancara kita juga harus bisa menjelaskan kenapa kita mau ambil bidang itu di universitas itu
2. Berdasarkan Negara
Sebagian orang terobsesi ingin sekolah di negara tertentu. Maka yang harus dilakukan adalah mencari beasiswa yang tersedia dari Negara yang bersangkutan. Seringkali sebuah Negara memberikan lebih dari satu skema beasiswa. Australia misalnya memberikan beasiswa melalui ADS, tetapi juga ada IAFTP. Selain itu universitas Australia juga memiliki skema beasiswanya sendiri. Alasan ini yang saya pakai waktu daftar ADS, karena kakak-kakak saya semua dapat ADS, ya saya tidak mau kalah, jadi karena ingin sekolah di Australia ya meriset bidang apa sich yang cocok untuk saya, di universitas mana, dst.
3. Berdasarkan beasiswa yang ada
Banyak orang mendaftar beasiswa berdasarkan tawaran yang ada. Ini biasanya terjadi kalau ada beasiswa besar yang memulai seleksi seperti ADS dan Stuned. Dalam hal ini kemampuan untuk memperoleh informasi sangat berperan. Banyak orang tertarik mendaftar karena memperoleh informasi beasiswa yang ternyata cocok untuk mereka. Metode ini saya pakai untuk mendaftar tiga beasiswa terakhir yang saya peroleh. Sering-sering saja mengikuti email-email yang muncul di milis beasiswa. Kalau ada yang kira-kira menarik, kita memenuhi syarat, iseng daftar. Harap disadari, biasanya informasi dating mepet atau sudah terlambat, jadi biasakan sedia payung sebelum hujan. Saya selalu punya ijasah IELTS/TOEFL yang masih valid dan referensi2 yang bisa saya sisipkan. Pernah mendaftar beasiswa hanya butuh waktu 2 hari untuk mengumpulkan dokumen, mengisi form dan mengirim. Triknya mudah saja, surat rekomendasi tidak ada tanggalnya, pada bagian akhir mengatakan, mendukung untuk studi lebih lanjut. Jadi semua tidak spesifik. Pada akhirnya hanya perlu modal fotokopi dan ongkos kirim.
4. Berdasarkan jumlah nominal beasiswa
Biaya hidup di luar negeri biasanya lebih tinggi dari di Indonesia dan banyak beasiswa hanyalah parsial atau mengikuti UMR Negara setempat, jadi hidup pas-pasan. Beasiswa parsial biasanya hanya memberikan gratis uang sekolah, gratis uang sekolah dan uang saku tapi tidak mengganti tiket, gratis uang sekolah dan akomodasi tapi tidak memberi uang saku dst. Pelajari betul skema beasiswa yang diminati, apa saja yang tercover. Kalau memang mau nekat ambil beasiswa parsial, selidiki betul bagaimana menutup kekurangan beasiswanya. Apakah ada badan lain yang dapat membantu (termasuk orang tua, pasangan, jual property dst) ataukah universitas sendiri dapat membantu. Pengalaman teman2 saya yang menerima beasiswa AMINEF beasiswanya memang kurang, tapi universitas tujuan biasanya membantu dgn memberi pekerjaan sebagai asisten dst. Kalau saya pribadi saya punya prinsip saya tidak akan ambil beasiswa yang tidak mengcover penuh.
Memilih beasiswa bisa dilakukan dengan berbagai cara yang semuanya sah. Idealnya mencari beasiswa itu mengacu kepada kebutuhan, keinginan, kemampuan
dan kemungkinan
1. Berdasarkan jurusan
Sebagian orang memilih beasiswa karena ingin mendalami bidang tertentu yang super spesifik, misalnya nano biologi. Tidak masalah studinya di Negara mana. Jika demikian, yang harus dilakukan adalah membuat data universitas yang memiliki program yang diingini, kemudian lihat kemungkinannya, adakah beasiswa yang bisa mendukung untuk ambil program itu di uni yang diinginkan Harap diingat, meskipun namanya sama, belum tentu muatan materi ajarnya sama. Ambil contoh misalnya gender studies. Ternyata banyak mainstreamnya seperti women studies, gay studies, domestic violence, gender in development dst. Pengamatan saya di Australia, banyak uni yang sama nama programnya tapi dari mata kuliahnya akan terlihat lebih berfokus ke mana. Ini yang seringkali tidak diantisipasi oleh pendaftar (termasuk saya sendiri). Survey yang akurat dan komprihensif diperlukan, pastikan kita tahu betul apa muatan jurusan yang dituju, karena biasanya pada saat wawancara kita juga harus bisa menjelaskan kenapa kita mau ambil bidang itu di universitas itu
2. Berdasarkan Negara
Sebagian orang terobsesi ingin sekolah di negara tertentu. Maka yang harus dilakukan adalah mencari beasiswa yang tersedia dari Negara yang bersangkutan. Seringkali sebuah Negara memberikan lebih dari satu skema beasiswa. Australia misalnya memberikan beasiswa melalui ADS, tetapi juga ada IAFTP. Selain itu universitas Australia juga memiliki skema beasiswanya sendiri. Alasan ini yang saya pakai waktu daftar ADS, karena kakak-kakak saya semua dapat ADS, ya saya tidak mau kalah, jadi karena ingin sekolah di Australia ya meriset bidang apa sich yang cocok untuk saya, di universitas mana, dst.
3. Berdasarkan beasiswa yang ada
Banyak orang mendaftar beasiswa berdasarkan tawaran yang ada. Ini biasanya terjadi kalau ada beasiswa besar yang memulai seleksi seperti ADS dan Stuned. Dalam hal ini kemampuan untuk memperoleh informasi sangat berperan. Banyak orang tertarik mendaftar karena memperoleh informasi beasiswa yang ternyata cocok untuk mereka. Metode ini saya pakai untuk mendaftar tiga beasiswa terakhir yang saya peroleh. Sering-sering saja mengikuti email-email yang muncul di milis beasiswa. Kalau ada yang kira-kira menarik, kita memenuhi syarat, iseng daftar. Harap disadari, biasanya informasi dating mepet atau sudah terlambat, jadi biasakan sedia payung sebelum hujan. Saya selalu punya ijasah IELTS/TOEFL yang masih valid dan referensi2 yang bisa saya sisipkan. Pernah mendaftar beasiswa hanya butuh waktu 2 hari untuk mengumpulkan dokumen, mengisi form dan mengirim. Triknya mudah saja, surat rekomendasi tidak ada tanggalnya, pada bagian akhir mengatakan, mendukung untuk studi lebih lanjut. Jadi semua tidak spesifik. Pada akhirnya hanya perlu modal fotokopi dan ongkos kirim.
4. Berdasarkan jumlah nominal beasiswa
Biaya hidup di luar negeri biasanya lebih tinggi dari di Indonesia dan banyak beasiswa hanyalah parsial atau mengikuti UMR Negara setempat, jadi hidup pas-pasan. Beasiswa parsial biasanya hanya memberikan gratis uang sekolah, gratis uang sekolah dan uang saku tapi tidak mengganti tiket, gratis uang sekolah dan akomodasi tapi tidak memberi uang saku dst. Pelajari betul skema beasiswa yang diminati, apa saja yang tercover. Kalau memang mau nekat ambil beasiswa parsial, selidiki betul bagaimana menutup kekurangan beasiswanya. Apakah ada badan lain yang dapat membantu (termasuk orang tua, pasangan, jual property dst) ataukah universitas sendiri dapat membantu. Pengalaman teman2 saya yang menerima beasiswa AMINEF beasiswanya memang kurang, tapi universitas tujuan biasanya membantu dgn memberi pekerjaan sebagai asisten dst. Kalau saya pribadi saya punya prinsip saya tidak akan ambil beasiswa yang tidak mengcover penuh.