The newest offerings and updated daily

Friday, March 7, 2008

Bagaimana Meraih Beasiswa di Jepang?

Bagaimana Meraih Beasiswa di Jepang?
Oleh Suhardja D. Wiramihardja
Dua April 2007 yang lalu telah berangkat ke Jepang 77
mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi mereka di
berbagai bidang dalam berbagai strata sebagai penerima
beasiswa pemerintah Jepang (Monbukagakusho). Mereka
adalah hasil seleksi tahun lalu. Mungkin masih banyak
yang penasaran bagaimana sih caranya untuk mengikuti
program ini?

Melalui internet kita dengan mudah dapat memperoleh
informasi tentang berbagai macam sumber beasiswa untuk
belajar di Jepang. Sebagian orang mungkin dapat segera
mengisi dan mengajukan lamaran, tetapi barangkali jauh
lebih banyak yang masih kurang paham bagaimana
melakukannya. Karena sebelum mengisi formulir pun ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelumnya,
misalnya bagaimana memperoleh calon profesor
pembimbing, dll. Tulisan ini mudah-mudahan bermanfaat
agar mereka yang potensial tidak gagal dalam seleksi
semata-mata karena ketidaktahuan.

Dari semua mahasiswa asing yang sekarang belajar di
Jepang, mayoritas (86,7%) belajar dengan biaya
sendiri/beasiswa swasta, 1,7% biaya pemerintah
masing-masing, dan sisanya 11,6% mendapat beasiswa
dari Monbukagakusho. Dari total mahasiswa asing di
Jepang, Indonesia menduduki tempat keenam di bawah
Cina, Korea, Taiwan, Malaysia, dan Thailand dengan
jumlah sekitar 1.600 orang (1,8%). Dari jumlah ini
kira-kira 700 orang memperoleh beasiswa pemerintah
Jepang. Selebihnya dengan biaya sendiri atau dengan
beasiswa swasta. Dibanding dengan negara maju lainnya
(Amerika, Eropa Barat, Australia) jumlah mahasiswa
asing yang belajar di Jepang jauh lebih kecil. Selain
karena biaya hidup yang sangat tinggi, juga faktor
bahasa yang umumnya menjadi penyebab,

Yang agak "mengagetkan" dari total mahasiswa asing di
Jepang justru kira-kira 60% belajar dalam
bidang-bidang ilmu sosial, humaniora, seni, dan
ekonomi. Hanya 4,8% dalam bidang rekayasa
(engineering), 2,8% bidang pertanian dan 2,3% bidang
sains. Sisanya belajar dalam bidang kedokteran, dll.

Sedangkan dari Indonesia sendiri, mayoritas mereka
yang dikirim pemerintah dengan beasiswa Monbukagakusho
belajar dalam bidang rekayasa, pertanian, kedokteran,
dan sains. Selain Monbukagakusho kini makin banyak
sumber-sumber beasiswa yang ditawarkan, walaupun
jumlah penerima bisa dikatakan masih terbatas.

Berdasar jumlah mahasiswa asing, Tokyo Daigaku (Tokyo
University) menempati urutan pertama dengan lebih dari
2.000 orang disusul Kyoto, Nagoya, Tsukuba, Osaka ,
Kyushu, Tohoku, Tokyo Kogyo Daigaku (Tokyo Institute
of Technology
). Selain universitas negeri terkemuka di
atas, banyak universitas swasta ternama yang menjadi
pilihan.

Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang paling
mahal di dunia. Untuk sedikit memberi gambaran kita
lihat beberapa contoh harga di bawah ini. Kalau kita
makan di restoran sederhana tak kurang 600 yen (Rp
48.000,00) harus dirogoh dari kocek. Harga di kantin
universitas tentu lebih murah dibanding di luar dengan
pilihan menu yang beragam. Sewa apartemen pe rbulan
kira-kira 40.000 yen (Rp 3.200.000,00). Harga sewa
sebesar tersebut di atas mungkin hanya untuk ruangan
seluas kira-kira 10 meter persegi yang terdiri dari
kamar makan yang serta-merta berubah menjadi kamar
tidur pada malam harinya, "dapur" yang mungkin
ukurannya kurang dari 2 meter persegi dan kamar mandi
yang kalau kurang hati-hati akan membuat pantat
kejeduk sana kejeduk sini. Harga di atas tentu berbeda
dari satu daerah ke daerah lainnya. Yang paling tinggi
adalah di kota metropolitan Tokyo. Kamar yang sama di
Tokyo bisa mencapai 60.000 yen.

Biaya hidup rata-rata seorang mahasiswa asing di kota
metropolitan Tokyo besarnya 150.000 yen; sekitar Rp 12
juta per bulan. Osaka dan sekitarnya dengan 130.000
yen; sekitar Rp 10 juta. Yang paling "rendah" adalah
biaya hidup di Shikoku, pulau keempat terbesar di
Jepang, 110.000 yen (hampir Rp 9 juta).

Yang agak repot kalau beasiswanya jauh di bawah biaya
hidup. Beasiswa seperti ini banyak ditawarkan oleh
yayasan-yayasan swasta, semi pemerintah, pemerintah
daerah, seperti Lions Club, dll. Mahasiswa dengan
beasiswa semacam ini harus membayar uang kuliah
sendiri, berbeda dengan penerima beasiswa
Monbukagakusho yang uang kuliahnya dibayar oleh
Monbukagakusho.

Pada dasarnya ada dua macam beasiswa yang tersedia,
yaitu beasiswa yang pengajuannya dilakukan di
Indonesia dan beasiswa yang hanya bisa diperoleh kalau
kita sudah berada di Jepang. Informasi lengkap tentang
sumber beasiswa ini dapat dilihat di situs
www.id.emb-japan.go.jp. Di sana bisa ditemukan sumber
beasiswa yang lamarannya bisa diajukan di Indonesia
atau kalau kita sudah berada di Jepang, baik yang
berasal dari pemerintah pusat (Monbukagakusho),
pemerintah daerah, maupun swasta. Besarnya beasiswa
berkisar antara 50.000-an yen sampai dengan 275.000
yen, walaupun ada pula beasiswa yang sifatnya sekadar
bantuan, betul-betul sekadarnya yang besarnya hanya
belasan ribu yen.

Beasiswa yang mungkin termasuk paling "favorit" yaitu
beasiswa Monbukagakusho (Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Sains dan Teknologi), karena selain jumlah
penerima beasiswanya cukup banyak, juga besarnya
beasiswa lebih dari lumayan. Beasiswa ini secara garis
besar terbagi ke dalam dua jalur. Jalur yang pertama
dikenal sebagai jalur G to G (government to
government). Di sini beasiswa ditawarkan pemerintah
Jepang kepada pemerintah Indonesia melalui Kedutaan
Besar Jepang di Jakarta. Setiap tahun, pemerintah
Jepang menawarkan sekitar 80-an beasiswa untuk belajar
di Jepang, baik untuk tingkat sarjana maupun
pascasarjana.

Sejak beberapa tahun yang lalu, peluang untuk
memperoleh beasiswa ini terbuka bagi segala kalangan
baik dosen PTN, PTS, PNS lainnya, maupun masyarakat
umum. Pelamaran langsung dialamatkan ke Kedubes Jepang
di Jakarta.

Kira-kira 40 beasiswa program pascasarjana diberikan
untuk jalur G to G ini. Untuk memperebutkan 40
beasiswa ini 300-an orang yang mengajukan lamaran dari
seluruh Indonesia. Faktor-faktor apa saja yang menjadi
komponen penilaian dalam seleksi? Dosen atau peneliti
yang berasal dari PT atau Lembaga Riset yang sudah
mapan (misal ITB, BPPT dll.) tentu sudah sangat paham
dengan masalah ini. Akan tetapi, barangkali banyak
yang sama sekali masih merasa kabur dalam pengisian
formulir beasiswa walaupun pertanyaan dan instruksi
dalam formulir sudah jelas.

Pada dasarnya dalam mengisi formulir hendaknya
diperhatikan secara jeli arahan pada setiap pertanyaan
yang diajukan. Hal yang sangat penting adalah adanya
surat rekomendasi dan surat pernyataan penerimaan
(Letter of acceptance) dari calon profesor pembimbing
di Jepang lengkap dengan alasan dan komentar mengenai
usulan penelitian yang akan dilakukan di Jepang. Di
sini memang diperlukan komunikasi yang intens dengan
calon profesor sebelum lamaran diajukan. Kualitas
usulan penelitian ini memegang peranan yang penting
dalam persaingan selain IP dan kemampuan berbahasa
Inggris atau bahasa Jepang bagi mereka yang bidangnya
sastra Jepang.

Bagaimana caranya memperoleh calon profesor pembimbing
di Jepang? Ini susah-susah gampang. Yang paling baik
adalah kalau kita diperkenalkan oleh senior kita yang
pernah atau sedang belajar di sana. Logikanya tentu
senior tidak akan memperkenalkan juniornya yang
kira-kira bermasalah. Kalau kita tidak punya senior
kita bisa melihat jurnal ilmiah vak atau katalog
berbagai PT di Jepang. Memburu profesor ini bisa juga
dilakukan melalui internet. ***

Penulis, alumni Kyoto University, mantan penerima
beasiswa Monbukagakusho, staf pengajar/peneliti
prodi/KK Astronomi dan Observatorium Bosscha, FMIPA,
ITB.

Naskah asli : Pikiran Rakyat Online , edisi 18 Oktober
2007

The way to AMINEF in Gedung Balai Pustaka

American Indonesian Exchange Foundation
Balai Pustaka Building, 6th. Floor
Jl. Gunung Sahari Raya No. 4
Jakarta 10720, Indonesia

1. The buses which goes to Senen Bus Station all of them pass through Gedung Balai Pustaka. Especially which route is through Pasar Baru .

2. Bus Transjakarta, from Blok M you have to change the bus 2-3 times.
Way 1 : from Blok M change the bus in Dukuh Atas bus stop to the bus towards Pulogadung, then take a bus in Pramuka bus stop towards Ancol, this bus pass through Gedung Balai Pustaka. The closest bus stop (Budi Utomo) is about 800 meters from Gedung Balai .
Way 2 : From Blok M take the bus in the Harmoni Bus Stop, the bus towards Pulogadung, get down in Senen Bus Stop and walk about 800 meters, or from this bus stop take the bus towards Ancol and get down as mentioned in way 1. About the distance, this two bus stops is about the same. (It is better if you take ojek or bajaj from this bus stop to Gedung Balai Pustaka)

3. If you take taxi with old tariff (TL=Tarif Lama) from blok M with no traffic jam is about Rp. 30.000,00.

4. From Blok M use bus Patas AC 76. Gedung Balai Pustaka is in the right side, after you pass through Depag, and say to conductor "Balai Pustaka"

5. Use a busway from Blok M towards Kota, get down in Sawah Besar bus stop. From here take a Mikrolet M12 towards Senen. After cross road Wahidin and before senen get down and cross the street.

Living Cost in Germany

Living Cost in Germany is vary from city to city, but this is th case if you stay in Aachen, Germany
Student accommodation or private sharing : 180 - 230 euros per month
Food : 10 - 12 euros per day (if eating outside)
Transport for students : free within Aachen and until Koln and Dusseldorf in regional trains)

Living Cost In Austria

Living Cost in Austria is depending on the city, for example the Capital of Austria, Vienna:
- Dormitory is about 250-400 euro per month.
- Living Cost 200-400 euro per month.
- Transportation 128 euro per 4 months (student and age < 26), or 49 euro per month (ordinary)

For visa, it has to be a letter from the University/Scholl in Austria. It takes about 2-3 months.

Where to do GMAT Test

GMAT Tests are held in Jakarta, Indonesia :
1. EEC Slipi +62-21 5320044 or +62-215323176
2. Kaplan GMAT Preparation +62-81388908450, +62-21 5211588, +62-215211701 (Information abaout this test can be asked in that number)
3. Or this number +62-213159225

Blog Archive

Other References